Ternyata tidak hanya mengASIhi perlu perjuangan, menyapih double-double pula perjuangannya. Masih ingat Bu ibu cerita saya sampai 2 bagian tentang perjuangan menyapih Fadlan, dimulai dari 18 bulan sampai 1 bulan yang lalu 35 bulan. Apa??? 17 bulan berjuang??? Yakin Budok itu berjuang namanya, bukan leyeh-leyeh (LOL)
Teori menyapih ini sudah di dalam kepala saya sudah terukir mantap sekali, perbanyak sounding, perbanyak makan, pakai baju ga ada kancing, jangan dekat-dekat ke tempat yang biasa intim bersama bayi, sampai pernah suatu postingan saya baca, bacakan ayat Alqur'an tentang menyusui ke anak yang akan disapih. Nah poin terakhir itu yang mendorong saya pada waktu Fadlan usia 25 bulan saya mulai sedikit ketat menerapkan teori menyapih. Karena postingan tersebut bilang begini, di Al-Qur'an dibilang Lo menyusui itu cuma 2 tahun, ayok ibu-ibu bayi kita kalau sudah biasa mendengar Al Qur'an paham kok dengan perintah Allah yang ini, bayi saya dibacakan ini besoknya mau disapih bla bla bla..setengah gengsi saya coba sambil menerapkan semua teori ( gabut amat waktu itu ahah). Hasilnya apa? Fadlan berulang bangun sepanjang malam saya coba menyapih , saya ikutan begadang karena ceritanya kan alihkan mimik dengan uht, walau sebelum tidur sudah makan dan minum uht banyak juga. Sampai saya curhat dengan senior konselor, duh ini Fadlan belum mau disapih juga hiks hiks..senior saya menjawab dengan setengah bercanda, aaaah itu ibunya aja yang belom rela menyapih itu ( sebenarnya iya itu benar sekali ). Drama menyapih seperti diatas terjadi 2 Minggu sampai saya stres sendiri dan Fadlan ga kalah stres juga.
Sampai suatu hari saya berfikir , dengan tidak memposisikan diri sebagai seorang yang paham banget dengan ilmu menyusui ini, saya tanamkan ke alam bawah sadar saya bahwa proses menyusui adalah proses yang dimulai dengan cinta, pasti diakhiri juga dengan cinta, kenapa harus stres dan drama melewatinya. Akhirnya bulan berganti terus, Fadlan sudah semakin besar , apa effort saya dalam menyapih? Saya berusaha ikhlas dan bahagia sambil setiap hari selalu sounding dan mengganti panggilan Fadlan dengan ABANG , karena panggilan begini saya artikan Fadlan sudah besar. Saya berulang bilang, Abang sudah besar, ga meme dengan ibu lagi, walau Abang ga meme ibu sayaaaang abang ( ini ungkapan paling mesra yang pernah saya keluarkan haha, lebih mesra dari gombalan ke suami minta tambah jatah belanja wkwkwk). Selain sounding, saya hanya tidak menawarkan payudara aja ke Fadlan, ketika dia minta menyusu dan itu hanya setiap mau tidur tetap saya kasih , sejak usia 24 bulan Fadlan tidak menyusu lagi di luar jam mau tidur. Proses seperti ini menguntungkan saya juga, produksi asi saya berkurang secara bertahap, payudara tentu mengecil secara bertahap ( juga ) hehe. Sehingga 2 bulan terkakhir asi saya sudah sangat sedikit sampai dipencet ga bisa keluar lagi, dan saat itu saya mulai bikin alibi ke Fadlan, nah tu kaan meme ibuk udah habis, udah ya Abang nenennya, dan Fadlan balas senyum sambil balik badan bobok ( munggungin ibuk maksudnya ).
Nah akhirnya 1 bulan terakhir asi saya benar-benar ga ada lagi, Fadlan tiba-tiba bilang saat memulai mengisap waktu itu, ibu memenya habissh..oiya Abang udah lah ya memenya, trus Fadlan bilang gini , Abang sayang meme,sambil dicium-cium trus diendus-endus gitu nipplenya
( wkwkwk jangan bayangin yang lain ya Bu ibu ),.berhasil kah saya menyapih? Saya ga mengkategorikan saya berhasil menyapih, tapi saya sudah selow dan tidak melow ketika Fadlan tidak menyusu, walau pengantar tidur pasti pegang payudara say dulu atau ngempeng dulu dengan meme ibu ( kalau kata konselor nih ini kaga boleh hehe )
Yak poinnya apaaa? ikhlas dan bahagia. Ga tahu saya kalau ga sampai di tahap ini kalau ga mencoba untuk selow saja, karena walau Fadlan anak ketiga, dengan anak pertama dan kedua self weaning karena ada adiknya waktu itu , dan Fadlan menutup sementara waktu saya mempunyai bayi dalam waktu dekat, tetap selow menjadi obat saya juga yang dalam sementara waktu tidak menyusui bayi setelah hampir 7 tahun nonstop menyusui.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima kasih sharingnya bunda fifi. Jd bs bljar dr pnglaman.
BalasHapusSama sama bu
HapusBnr dok, perjuangan menyapih ternyata double double 😆
BalasHapus